“Ketika
Rasulullah dikejar-kejar musuh, Beliau bersembunyi di gua untuk sementara
hingga sesaat Beliau merasa lelah dan tertidur di pangkuan Abu Bakar Ash
Shiddiq ra. Saat itu pula kaki Abu Bakar digigit hewan (entah itu ular ataupun
kalajengking) tetapi Abu Bakar tidak menggerakkan kakinya dan memilih untuk
menahan rasa sakit demi kenyamanan Rasul saat tidur.”
Sepenggal cerita tersebut diakui
Fajar Surya Dharma mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Jember yang mampu
menginspirasi dirinya untuk menjunjung tinggi hal langka yang ditunjukkan oleh
sahabat Rasul. Loyalitas. Loyalitas yang saat ini sulit ditemui pada pribadi
masa kini ternyata masih begitu penting bagi alumni SMAN 9 Surabaya ini, bahkan
dia pernah mengibaratkan dirinya ingin menjadi air yang dituangkan dalam suatu
gelas secara terus menerus hingga tumpah disekitar gelas dan tumpahan air itu
dapat memberikan manfaat bagi sekitarnya.
Keinginannya untuk selalu berbuat
baik terhadap sesama membuat Fajar memiliki beberapa sahabat saat SMA dan ia
sering menuangkan pikiran maupun perasaannya mengenai kehidupan sosial yang
terjadi di lingkungan sekitar seperti tentang cerita pertemanannya dalam blog. Selain
itu, tulisan-tulisan di dinding http://jarsurya.blogspot.co.id/
dianggapnya sebagai salah satu cara mengisi waktu luang. “Itu bukan diary dan
bukan hobi” jelas Fajar ketika disinggung tentang blog yang ia miliki, ia ingin
orang beranggapan blog tersebut sebagai tulisan yang mengangkat kehidupan
sosial dari sudut pandangya saja dan sekali lagi bukan diary. Beberapa
tulisannya seperti Lupa Bilang Makasih dan Happy Wedding, Vik!! seakan menjadi
bukti bagaimana loyalitas mahasiswa semester tiga ini kepada orang-orang
terdekatnya.
Ketika jauh dari teman-teman dekat,
orangtua dan kakak laki-lakinya karena tuntutan pendidikan dimana ia harus
hidup mandiri membuat Fajar menyadari tentang rasanya kekurangan dan sulit beradaptasi
dengan lingkungan baru. Pembawaan Fajar sebagai arek Suroboyo pernah membawanya
dalam satu permasalahan dengan beberapa teman barunya saat tahun pertama duduk
di bangku kuliah. Kala itu sosok yang lahir di Surabaya 15 Mei sembilan belas
tahun lalu ini memiliki enam orang teman dari salah satu SMA favorit di Jember
dan satu orang lagi asal Sidoarjo. Keenam temannya yang merupakan warga asli
Jember tidak bisa menerima gaya bicara “misuh” Fajar yang sudah menjadi
kebiasaan saat di Surabaya. Akhirnya penggemar AC Milan ini berusaha untuk
memperbaiki tutur katanya saat bersama teman-teman baru tersebut. Setelah
masalah tentang gaya bicara dapat teratasi muncul lagi masalah baru untuk
Fajar. Fajar merupakan tipe orang dengan loyalitas tinggi bahkan bisa dikatakan
‘terlalu loyal’. Fajar yang berpikir kepada teman harus sama rasa sama rata
misalnya ketika ujian saat temannya tidak bisa ia bersedia memberi bantuan
bahkan rela lembar jawabannya diperlihatkan kepada teman tidak didukung oleh
keenam temannya, mereka yang terlalu individual dan ambisius utamanya dalam hal
akademik membuatnya tidak nyaman hingga saat ini meskipun mereka tetap berteman
namun pertemanan diantara mereka tidak sedekat dahulu.
Setelah mendapat pengalaman dari keenam temannya tersebut,
Fajar dan Fatur (dari Sidoarjo) lebih pemilih dalam berteman hingga akhirnya
menemukan teman-teman yang sangat cocok dan jauh berbeda dari teman mereka
sebelumnya. Saat ini mereka dikenal sebagai Big Six (4+) yang merupakan
persahabatan sepuluh anak manusia komplit dari yang cengengesan seperti Fajar
sampai yang pintar dari kelas bilingual. Di pertemanannya sekarang Fajar
benar-benar merasakan dirinya diterima baik apa adanya. Pengagum Abraham
Lincoln ini juga mengaku akan membela sahabatnya baik salah maupun benar saat
dipojokkan oleh orang lain tetapi setelah orang tersebut berlalu maka ia akan
memberi nasihat kepadanya jika yang dilakukan sahabatnya itu salah. Fajar
menganggap jika ada orang berkata “kamu menganggapku teman dan datang padaku
jika kamu membutuhkanku” merupakan hal wajar karena setiap orang saling
membutuhkan dan tidak mungkin orang yang berkata tentang kalimat tersebut juga
tidak membutuhkan temannya.
Berbicara tentang persahabatan ada
yang kurang jika tidak bertanya ke salah satu sahabatnya tentang diri Fajar. “Memengaruhi
orang, itu kelebihannya.” ungkap Nur Azis salah satu sahabat Fajar ketika
ditanya perihal kelebihan Fajar. Menurut Fajar dirinya juga tidak tahu mengapa
orang-orang terdekatnya merasa seperti itu, salah satu contohnya adalah saat
temannya berulang tahun, Fajar menggoda meminta traktiran meski sebenarnya ia
tidak benar-benar ingin ditraktir tetapi teman yang berulangtahun pun
menyanggupi padahal jika teman yang lain yang berucap hanya dianggap angin
lalu. Menurut Nur Azis masih banyak lagi hal-hal yang membuat Fajar dinilai
berkompeten untuk memengaruhi orang sampai Nur Azis sendiri bingung untuk
menjelaskan lebih detail yang jelas Fajar memengaruhinya tetap dalam hal
positif. Namun, di sisi lain Fajar adalah seseorang yang kurang bersyukur dan
mudah pasrah. Ketika IPnya tidak sampai angka 3 ia hanya beranggapan
kemampuannya memang itu dan sulit untuk naik terlalu jauh meskipun banyak orang
yang menyemangati dan mendorongnya untuk mencapai nilai lebih tinggi. Satu hal
lagi, walaupun dia tinggi, rambutnya gondrong, Fajar tetaplah Fajar yang
hatinya lembut –turunan dari ibu katanya- mudah tersentuh dan merasa iba ketika melihat
orang-orang yang kurang beruntung hidupnya, hingga dahulu ia pernah berpikir
“Tuhan berilah satu hari saja semua orang di dunia ini menjadi kaya”.
Perlu diketahui bahwa setiap
pembelajaran yang dilakukan pecinta bahasa satir ini tak luput dari
nasihat-nasihat yang diberikan oleh kedua orangtuanya terutama ayah dan sang
kakak yang memberikan motivasi-motivasi juga pembesar hati saat ia berjuang
maupun gagal. Semua hal itu membuat Fajar tidak hanya memberikan loyalitasnya
untuk teman tetapi juga untuk keluarga. Namun, bagaimanapun cintanya kepada
makhluk yang ada di dunia entah orangtua ataupun teman tetap ia tidak melupakan
loyalitasnya terhadap Sang Pencipta karena motto hidupnya “Diatas Orangtua Ada
Tuhan”. Setidaknya itulah gambaran tentang loyalitas yang terkadang tak ada
batas dalam diri Fajar.
Elma
Ariella Khoriqul Hayumi
Bagikan
Terkadang Loyalitas Tak Berbatas
4/
5
Oleh
Unknown