Kamis, 03 Desember 2015

Terkadang Loyalitas Tak Berbatas


“Ketika Rasulullah dikejar-kejar musuh, Beliau bersembunyi di gua untuk sementara hingga sesaat Beliau merasa lelah dan tertidur di pangkuan Abu Bakar Ash Shiddiq ra. Saat itu pula kaki Abu Bakar digigit hewan (entah itu ular ataupun kalajengking) tetapi Abu Bakar tidak menggerakkan kakinya dan memilih untuk menahan rasa sakit demi kenyamanan Rasul saat tidur.”
            Sepenggal cerita tersebut diakui Fajar Surya Dharma mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Jember yang mampu menginspirasi dirinya untuk menjunjung tinggi hal langka yang ditunjukkan oleh sahabat Rasul. Loyalitas. Loyalitas yang saat ini sulit ditemui pada pribadi masa kini ternyata masih begitu penting bagi alumni SMAN 9 Surabaya ini, bahkan dia pernah mengibaratkan dirinya ingin menjadi air yang dituangkan dalam suatu gelas secara terus menerus hingga tumpah disekitar gelas dan tumpahan air itu dapat memberikan manfaat bagi sekitarnya.
            Keinginannya untuk selalu berbuat baik terhadap sesama membuat Fajar memiliki beberapa sahabat saat SMA dan ia sering menuangkan pikiran maupun perasaannya mengenai kehidupan sosial yang terjadi di lingkungan sekitar seperti tentang cerita pertemanannya dalam blog. Selain itu, tulisan-tulisan di dinding http://jarsurya.blogspot.co.id/ dianggapnya sebagai salah satu cara mengisi waktu luang. “Itu bukan diary dan bukan hobi” jelas Fajar ketika disinggung tentang blog yang ia miliki, ia ingin orang beranggapan blog tersebut sebagai tulisan yang mengangkat kehidupan sosial dari sudut pandangya saja dan sekali lagi bukan diary. Beberapa tulisannya seperti Lupa Bilang Makasih dan Happy Wedding, Vik!! seakan menjadi bukti bagaimana loyalitas mahasiswa semester tiga ini kepada orang-orang terdekatnya.
            Ketika jauh dari teman-teman dekat, orangtua dan kakak laki-lakinya karena tuntutan pendidikan dimana ia harus hidup mandiri membuat Fajar menyadari tentang rasanya kekurangan dan sulit beradaptasi dengan lingkungan baru. Pembawaan Fajar sebagai arek Suroboyo pernah membawanya dalam satu permasalahan dengan beberapa teman barunya saat tahun pertama duduk di bangku kuliah. Kala itu sosok yang lahir di Surabaya 15 Mei sembilan belas tahun lalu ini memiliki enam orang teman dari salah satu SMA favorit di Jember dan satu orang lagi asal Sidoarjo. Keenam temannya yang merupakan warga asli Jember tidak bisa menerima gaya bicara “misuh” Fajar yang sudah menjadi kebiasaan saat di Surabaya. Akhirnya penggemar AC Milan ini berusaha untuk memperbaiki tutur katanya saat bersama teman-teman baru tersebut. Setelah masalah tentang gaya bicara dapat teratasi muncul lagi masalah baru untuk Fajar. Fajar merupakan tipe orang dengan loyalitas tinggi bahkan bisa dikatakan ‘terlalu loyal’. Fajar yang berpikir kepada teman harus sama rasa sama rata misalnya ketika ujian saat temannya tidak bisa ia bersedia memberi bantuan bahkan rela lembar jawabannya diperlihatkan kepada teman tidak didukung oleh keenam temannya, mereka yang terlalu individual dan ambisius utamanya dalam hal akademik membuatnya tidak nyaman hingga saat ini meskipun mereka tetap berteman namun pertemanan diantara mereka tidak sedekat dahulu.
            Setelah  mendapat pengalaman dari keenam temannya tersebut, Fajar dan Fatur (dari Sidoarjo) lebih pemilih dalam berteman hingga akhirnya menemukan teman-teman yang sangat cocok dan jauh berbeda dari teman mereka sebelumnya. Saat ini mereka dikenal sebagai Big Six (4+) yang merupakan persahabatan sepuluh anak manusia komplit dari yang cengengesan seperti Fajar sampai yang pintar dari kelas bilingual. Di pertemanannya sekarang Fajar benar-benar merasakan dirinya diterima baik apa adanya. Pengagum Abraham Lincoln ini juga mengaku akan membela sahabatnya baik salah maupun benar saat dipojokkan oleh orang lain tetapi setelah orang tersebut berlalu maka ia akan memberi nasihat kepadanya jika yang dilakukan sahabatnya itu salah. Fajar menganggap jika ada orang berkata “kamu menganggapku teman dan datang padaku jika kamu membutuhkanku” merupakan hal wajar karena setiap orang saling membutuhkan dan tidak mungkin orang yang berkata tentang kalimat tersebut juga tidak membutuhkan temannya.
            Berbicara tentang persahabatan ada yang kurang jika tidak bertanya ke salah satu sahabatnya tentang diri Fajar. “Memengaruhi orang, itu kelebihannya.” ungkap Nur Azis salah satu sahabat Fajar ketika ditanya perihal kelebihan Fajar. Menurut Fajar dirinya juga tidak tahu mengapa orang-orang terdekatnya merasa seperti itu, salah satu contohnya adalah saat temannya berulang tahun, Fajar menggoda meminta traktiran meski sebenarnya ia tidak benar-benar ingin ditraktir tetapi teman yang berulangtahun pun menyanggupi padahal jika teman yang lain yang berucap hanya dianggap angin lalu. Menurut Nur Azis masih banyak lagi hal-hal yang membuat Fajar dinilai berkompeten untuk memengaruhi orang sampai Nur Azis sendiri bingung untuk menjelaskan lebih detail yang jelas Fajar memengaruhinya tetap dalam hal positif. Namun, di sisi lain Fajar adalah seseorang yang kurang bersyukur dan mudah pasrah. Ketika IPnya tidak sampai angka 3 ia hanya beranggapan kemampuannya memang itu dan sulit untuk naik terlalu jauh meskipun banyak orang yang menyemangati dan mendorongnya untuk mencapai nilai lebih tinggi. Satu hal lagi, walaupun dia tinggi, rambutnya gondrong, Fajar tetaplah Fajar yang hatinya lembut –turunan dari ibu katanya-  mudah tersentuh dan merasa iba ketika melihat orang-orang yang kurang beruntung hidupnya, hingga dahulu ia pernah berpikir “Tuhan berilah satu hari saja semua orang di dunia ini menjadi kaya”.
            Perlu diketahui bahwa setiap pembelajaran yang dilakukan pecinta bahasa satir ini tak luput dari nasihat-nasihat yang diberikan oleh kedua orangtuanya terutama ayah dan sang kakak yang memberikan motivasi-motivasi juga pembesar hati saat ia berjuang maupun gagal. Semua hal itu membuat Fajar tidak hanya memberikan loyalitasnya untuk teman tetapi juga untuk keluarga. Namun, bagaimanapun cintanya kepada makhluk yang ada di dunia entah orangtua ataupun teman tetap ia tidak melupakan loyalitasnya terhadap Sang Pencipta karena motto hidupnya “Diatas Orangtua Ada Tuhan”. Setidaknya itulah gambaran tentang loyalitas yang terkadang tak ada batas dalam diri Fajar.


Elma Ariella Khoriqul Hayumi

Bagikan

Jangan lewatkan

Terkadang Loyalitas Tak Berbatas
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.