Selasa, 17 November 2015

Indonesiaku

Indonesia…

Kata ini pasti tidak asing di telinga kita. Ya, Negara kita, negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki ribuan pulau, yang didalamnya terdapat beraneka ragam suku,bahasa dan budaya. Memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah, sarat akan potensi yang apabila digunakan dengan sebaik-baiknya bisa untuk memajukan Negara ini, Negara Indonesia. Oleh karena itu, kita sebagai Warga Negara Indonesia harus bangga dengan negara kita sendiri. “Aku Cinta Indonesia”, kata ini yang seharusnya tersirat dari setiap lubuk hati Warga Negara Indonesia, terutama kita sebagai generasi muda yang kelak akan menjadi pemimpin di Negara ini.
Namun, bagaimana generasi muda ini bisa memimpin Negara dengan baik, jika mereka sendiri tidak memiliki rasa cinta kepada tanah air?. Masih banyak orang Indonesia yang belum sepenuh hati, atau bahkan tidak memiliki rasa cinta kepada tanah air. Contoh sederhana yang sering kita lihat, orang yang cinta terhadap tanah air seharusnya akan lebih memilih untuk membeli, menggunakan barang atau produk dalam negeri daripada produk luar negeri. Tapi fakta saat ini lebih menunjukkan bahwa hampir setiap orang, terutama anak muda lebih memilih produk buatan luar negeri seperti sepatu, tas, baju, dan sebagainya. Mengapa mereka lebih memilih produk buatan luar negeri, bukannya memilih produk buatan negeri sendiri?. Alasannya, mereka lebih memilih produk buatan luar negeri karena, yang pertama barang luar negeri memiliki kualitas yang lebih baik daripada buatan dalam negeri, merk dagang yang sudah terkenal, mempunyai model yang sesuai dengan tren masa kini, dan ada beberapa yang mengatakan bahwa ada rasa bangga yang tersendiri saat memakainya.
            Indonesia adalah Negara yang kaya akan sumber daya alamnya, tapi mengapa kita tidak bisa mengolah sumber daya alam kita dengan baik? Mengapa kita tidak bisa membuat masyarakat Indonesia sendiri tertarik dengan produk yang dihasilkan Negara kita?. Dengan peningkatan mutu bahan barang, menciptakan inovasi baru, kita bisa meningkatkan mutu barang buatan dalam negeri, dengan harga yang bersaing serta barang yang menarik dan sesuai dengan tren masa kini. Kita juga bisa membuat model yang mungkin bisa menjadi tren tersendiri yang unik sehingga konsumen tertarik, terutama anak-anak muda. Atau dengan cara memadu-padankan antara tren saat ini dengan ornamen / pernak-pernik khas Indonesia, seperti jam tangan bermotif batik. Menarik bukan?
            Tentu disini harus ada kreativitas, agar bisa menciptakan inovasi-inovasi yang baru tentunya. Kita semua tahu bahwa setiap orang memiliki kreativitas yang berbeda-beda. Kreativitas ini bisa muncul dari bakat kita, atau minat kita. Jika bakat atau minat kita bisa dikembangkan dengan baik, pasti bisa menciptakan hal yang berdampak positif bagi kita dan bisa menjadi sebuah prestasi. Oleh karena itu pengembangan bakat dan minat seseorang harus dimulai sedini mungkin. Misalnya, kita sering melihat anak dari tetangga kita yang masih balita gemar memegang krayon warna dan mencoret-coret tembok, bisa jadi ia memiliki bakat dibidang menggambar / melukis yang apabila dididik dan dilatih dengan baik dan serius, bukan menjadi hal yang tidak mungkin jika kelak suatu saat dia menjadi seorang pelukis yang hebat. Namun sayangnya, hanya sedikit orang, terutama generasi muda yang menyadari bakat atau minat yang mereka miliki. Mengapa harus generasi muda? Karena generasi muda nanti yang akan memimpin negara ini, yang akan mengendalikan negara ini. Namun, di media massa sering muncul berita tentang aksi tawuran antar warga terutama pelajar. Sungguh tragis, jika pelajar yang seharusnya belajar dengan giat untuk masa depan ternyata melakukan aksi anarkis seperti perkelahian / tawuran. Hal itu biasanya disebabkan oleh bebrapa hal, akibat rasa setia kawan yang berlebihan atau karena akibat memiliki jiwa premanisme yang tidak bisa di control. Namun jika dilihat dengan seksama, disini juga terdapat nilai positif yang bisa timbul. Bisa saja seorang pelajar yang terlibat dalam perkelahian ternyata mempunyai bakat di bidang ilmu bela diri seperti karate atau pencak silat. Oleh Karena itu, jika pihak-pihak yang terkait seperti misalnya, sekolah dengan dinas pendidikan melakukan sosialisasi tentang pentingnya mengetahui bakat dan minat,membuat dan memfasilitasi ruang-ruang kegiatan yang positif, memberikan kebebasan berpendapat serta berekspresi. Dengan begitu tingkat anarkis pelajar bisa diturunkan atau mungkin tidak ada lagi tawuran atau perkelahian antar pelajar.
            Bukankah saat ini negara kita membutuhkan generasi muda yang berprestasi, cinta terhadap tanah air dan yang pastinya harus memiliki karakter yang sesuai dengan karakter bangsa? Pastinya. Tapi perlu kita ketahui bahwa saat ini karakter bangsa saat berbeda jauh dengan karakter bangsa pada zaman dahulu disaat Indonesia baru merdeka. Pada zaman dahulu, rakyat Indonesia terkenal dengan sikap terbuka terhadap siapa saja,ramah tamah, serta mempunyai sikap saling tolong menolong / gotong royong. Sedangkan zaman sekarang, masyarakat cenderung individualis, mementingkan diri sendiri. Mengapa demikian?
            Zaman dahulu apabila tetangga dari kita akan membangun rumah, tetangga- tetangga yang lain pasti akan datang untuk membantu, bagi para pria mereka akan membantu untuk membangun rumah, sedangkan untuk wanita akan membantu menyiapkan makanan. Sungguh sebuah hubungan yang sangat harmonis antara warga satu dengan warga lainnya. Namun di zaman sekarang, jarang sekali ditemukan hal yang seperti itu. Hal ini dikarenakan masyarakat yang kurang menyadari bahwa sikap gotong royong itu penting untuk kita semua. Apabila misalnya, ada salah satu dari tetangga kita yang akan membangun rumah, tetangga kita yang lain tidak akan datang untuk membantu karena mereka sudah memanggil jasa tukang bangunan. Ini berarti lunturnya sikap / karakter bangsa diakibatkan karena tekhnologi yang canggih dan modern, sehingga fikiran mereka untuk membantu satu sama lain mulai menghilang. Bagaimana cara agar sikap ini tidak menghilang?
            Semua berawal dari keluraga. Pihak keluarga, terutama orang tua berperan penting untuk menciptakan karakter anaknya. Dengan mengajarkan, dan mencontohkan sikap-sikap baik seperti, menolong orang lain,membantu orang tua,ikut gotong royong dalam membersihkan rumah,akan membantu dalam menumbuhkan karakter anak. Lalu di lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat, kita bisa mengikuti organisasi-organisasi seperti, pramuka, OSIS, PMR, ReMas(remaja masjid) dan lain-lain. Mengantar teman yang sedang sakit pulang, mengikuti piket harian kelas juga termasuk dalam gotong-royong. Secara tidak langsung, kita di didik untuk bisa saling membantu satu sama lain, sehingga muncul sikap-sikap / karakter yang sesuai dengan karakter bangsa yang dibutuhkan saat ini.
            Jika generasi muda seperti kita bisa berprestasi, cinta kepada tanah air dan mempunyai karakter yang sesuai dengan karakter bangsa kita, bukan hal yang mustahil jika negara Indonesia ini bisa maju di tangan kita. Jadi, ayo bangkitkan perstasimu, cinta tanah air dan hidupkan karaktermu !


Nama: Rian Rahma
Jurusan: IESP

Angkatan: 2015

Bagikan

Jangan lewatkan

Indonesiaku
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.