Indonesia…
Kata ini pasti tidak asing di telinga kita. Ya, Negara kita, negara Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki ribuan pulau, yang didalamnya terdapat beraneka ragam suku,bahasa dan budaya. Memiliki sumber daya alam yang melimpah ruah, sarat akan potensi yang apabila digunakan dengan sebaik-baiknya bisa untuk memajukan Negara ini, Negara Indonesia. Oleh karena itu, kita sebagai Warga Negara Indonesia harus bangga dengan negara kita sendiri. “Aku Cinta Indonesia”, kata ini yang seharusnya tersirat dari setiap lubuk hati Warga Negara Indonesia, terutama kita sebagai generasi muda yang kelak akan menjadi pemimpin di Negara ini.
Namun, bagaimana generasi muda
ini bisa memimpin Negara dengan baik, jika mereka sendiri tidak memiliki rasa
cinta kepada tanah air?. Masih banyak orang Indonesia yang belum sepenuh hati,
atau bahkan tidak memiliki rasa cinta kepada tanah air. Contoh sederhana yang
sering kita lihat, orang yang cinta terhadap tanah air seharusnya akan lebih
memilih untuk membeli, menggunakan barang atau produk dalam negeri daripada
produk luar negeri. Tapi fakta saat ini lebih menunjukkan bahwa hampir setiap
orang, terutama anak muda lebih memilih produk buatan luar negeri seperti
sepatu, tas, baju, dan sebagainya. Mengapa mereka lebih memilih produk buatan
luar negeri, bukannya memilih produk buatan negeri sendiri?. Alasannya, mereka
lebih memilih produk buatan luar negeri karena, yang pertama barang luar negeri
memiliki kualitas yang lebih baik daripada buatan dalam negeri, merk dagang
yang sudah terkenal, mempunyai model yang sesuai dengan tren masa kini, dan ada
beberapa yang mengatakan bahwa ada rasa bangga yang tersendiri saat memakainya.
Indonesia
adalah Negara yang kaya akan sumber daya alamnya, tapi mengapa kita tidak bisa
mengolah sumber daya alam kita dengan baik? Mengapa kita tidak bisa membuat
masyarakat Indonesia sendiri tertarik dengan produk yang dihasilkan Negara
kita?. Dengan peningkatan mutu bahan barang, menciptakan inovasi baru, kita bisa
meningkatkan mutu barang buatan dalam negeri, dengan harga yang bersaing serta
barang yang menarik dan sesuai dengan tren masa kini. Kita juga bisa membuat
model yang mungkin bisa menjadi tren tersendiri yang unik sehingga konsumen
tertarik, terutama anak-anak muda. Atau dengan cara memadu-padankan antara tren
saat ini dengan ornamen / pernak-pernik khas Indonesia, seperti jam tangan
bermotif batik. Menarik bukan?
Tentu
disini harus ada kreativitas, agar bisa menciptakan inovasi-inovasi yang baru
tentunya. Kita semua tahu bahwa setiap orang memiliki kreativitas yang
berbeda-beda. Kreativitas ini bisa muncul dari bakat kita, atau minat kita.
Jika bakat atau minat kita bisa dikembangkan dengan baik, pasti bisa
menciptakan hal yang berdampak positif bagi kita dan bisa menjadi sebuah
prestasi. Oleh karena itu pengembangan bakat dan minat seseorang harus dimulai
sedini mungkin. Misalnya, kita sering melihat anak dari tetangga kita yang
masih balita gemar memegang krayon warna dan mencoret-coret tembok, bisa jadi
ia memiliki bakat dibidang menggambar / melukis yang apabila dididik dan
dilatih dengan baik dan serius, bukan menjadi hal yang tidak mungkin jika kelak
suatu saat dia menjadi seorang pelukis yang hebat. Namun sayangnya, hanya
sedikit orang, terutama generasi muda yang menyadari bakat atau minat yang
mereka miliki. Mengapa harus generasi muda? Karena generasi muda nanti yang
akan memimpin negara ini, yang akan mengendalikan negara ini. Namun, di media
massa sering muncul berita tentang aksi tawuran antar warga terutama pelajar.
Sungguh tragis, jika pelajar yang seharusnya belajar dengan giat untuk masa
depan ternyata melakukan aksi anarkis seperti perkelahian / tawuran. Hal itu
biasanya disebabkan oleh bebrapa hal, akibat rasa setia kawan yang berlebihan
atau karena akibat memiliki jiwa premanisme yang tidak bisa di control. Namun
jika dilihat dengan seksama, disini juga terdapat nilai positif yang bisa
timbul. Bisa saja seorang pelajar yang terlibat dalam perkelahian ternyata
mempunyai bakat di bidang ilmu bela diri seperti karate atau pencak silat. Oleh
Karena itu, jika pihak-pihak yang terkait seperti misalnya, sekolah dengan
dinas pendidikan melakukan sosialisasi tentang pentingnya mengetahui bakat dan
minat,membuat dan memfasilitasi ruang-ruang kegiatan yang positif, memberikan
kebebasan berpendapat serta berekspresi. Dengan begitu tingkat anarkis pelajar
bisa diturunkan atau mungkin tidak ada lagi tawuran atau perkelahian antar
pelajar.
Bukankah
saat ini negara kita membutuhkan generasi muda yang berprestasi, cinta terhadap
tanah air dan yang pastinya harus memiliki karakter yang sesuai dengan karakter
bangsa? Pastinya. Tapi perlu kita ketahui bahwa saat ini karakter bangsa saat
berbeda jauh dengan karakter bangsa pada zaman dahulu disaat Indonesia baru
merdeka. Pada zaman dahulu, rakyat Indonesia terkenal dengan sikap terbuka
terhadap siapa saja,ramah tamah, serta mempunyai sikap saling tolong menolong /
gotong royong. Sedangkan zaman sekarang, masyarakat cenderung individualis,
mementingkan diri sendiri. Mengapa demikian?
Zaman
dahulu apabila tetangga dari kita akan membangun rumah, tetangga- tetangga yang
lain pasti akan datang untuk membantu, bagi para pria mereka akan membantu
untuk membangun rumah, sedangkan untuk wanita akan membantu menyiapkan makanan.
Sungguh sebuah hubungan yang sangat harmonis antara warga satu dengan warga
lainnya. Namun di zaman sekarang, jarang sekali ditemukan hal yang seperti itu.
Hal ini dikarenakan masyarakat yang kurang menyadari bahwa sikap gotong royong
itu penting untuk kita semua. Apabila misalnya, ada salah satu dari tetangga
kita yang akan membangun rumah, tetangga kita yang lain tidak akan datang untuk
membantu karena mereka sudah memanggil jasa tukang bangunan. Ini berarti
lunturnya sikap / karakter bangsa diakibatkan karena tekhnologi yang canggih
dan modern, sehingga fikiran mereka untuk membantu satu sama lain mulai
menghilang. Bagaimana cara agar sikap ini tidak menghilang?
Semua
berawal dari keluraga. Pihak keluarga, terutama orang tua berperan penting untuk
menciptakan karakter anaknya. Dengan mengajarkan, dan mencontohkan sikap-sikap
baik seperti, menolong orang lain,membantu orang tua,ikut gotong royong dalam
membersihkan rumah,akan membantu dalam menumbuhkan karakter anak. Lalu di
lingkungan sekolah atau lingkungan masyarakat, kita bisa mengikuti
organisasi-organisasi seperti, pramuka, OSIS, PMR, ReMas(remaja masjid) dan
lain-lain. Mengantar teman yang sedang sakit pulang, mengikuti piket harian
kelas juga termasuk dalam gotong-royong. Secara tidak langsung, kita di didik
untuk bisa saling membantu satu sama lain, sehingga muncul sikap-sikap /
karakter yang sesuai dengan karakter bangsa yang dibutuhkan saat ini.
Jika
generasi muda seperti kita bisa berprestasi, cinta kepada tanah air dan
mempunyai karakter yang sesuai dengan karakter bangsa kita, bukan hal yang
mustahil jika negara Indonesia ini bisa maju di tangan kita. Jadi, ayo
bangkitkan perstasimu, cinta tanah air dan hidupkan karaktermu !
Nama: Rian Rahma
Jurusan: IESP
Angkatan: 2015
Bagikan
Indonesiaku
4/
5
Oleh
Unknown