Minggu, 06 Desember 2015

Ciptakan Generasi Muda Tanpa Patologist


Kerap kali permasalahan remaja menjadi perbincangan hangat pada masyarakat umumnya, seperti yang terjadi pada 25 November 2015 bertepatan dengan hari guru nasional, terdapat pelajar yang mengadakan pesta miras dan sering meresahkan warga tepatnya di kuburan jalan Gebang Patrang. Mereka yang ditangkap Satpol PP Jember adalah sembilan pelajar SMKN 5 Jember, dan masih berseragam, dua diantaranya perempuan. Hal ini tidak hanya terjadi di Jember. Lantas siapakah yang patut disalahkan? Orang tua, guru, atau lingkungan kah yang berpengaruh paling besar?
Hal yang menyebabkan timbulnya perilaku patologist (penyakit masyarakat yang meresahkan masyarakat) pada remaja dapat ditinjau dari faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal seperti keluarga, dan lingkungan berpengaruh penting pada kondisi remaja ke depan nantinya. Fenomena mabuk-mabukan yang dilakukan oleh remaja bisa disebabkan oleh kurangnya didikan orang tua sejak dini, dan kurangnya pemberian kasih sayang kepada anak. Sementara kondisi remaja yang menganggap faktor lingkungan itu lebih dominan bagi dirinya akan berpengaruh besar bila kurangnya faktor keluarga disini.
Perubahan yang dapat dilakukan oleh lingkungan eksternal yang sangat berperan penting diantaranya keluarga dan lingkungan sepermainan. Keluarga dapat mendorong terhindarnya anak dari kenakalan remaja dengan memberi didikan sejak dini, salah satunya membuat anak terbuka kepada orang tua agar bercerita tentang apa yang dilakukannya selama di luar rumah dan tetap memberikan pengawasan kepada anak. Untuk lingkungan sepermainan, agar tidak menyebabkan timbulnya kenakalan remaja, maka lingkungan sepermainan tersebut dapat diperbaiki. Pihak-pihak yang dapat berperan seperti lembaga pendidikan, dinas sosial, dan kepolisian. Ketiga pihak tersebut dapat bekerja sama seperti mengadakan sosialisasi ke sekolah-sekolah.
Dari sisi remaja sendiri dengan kondisi yang masih labil, memang lingkungan yang paling besar pengaruhnya. Remaja mudah sekali mengikuti apa yang dilakukan temannya terlebih jika menyangkut masalah gengsi dan keinginan untuk memperoleh perhatian. Sifat remaja yang masih labil yang memicu timbulnya gengsi, sementara remaja bertanggung jawab atas lingkungan atau kawan yang mereka pilih.
Gengsi telah meracuni remaja, hingga karena demi gengsi mereka tetap melakukannya walalupun itu akan merusak diri mereka. Membuat mereka lupa bagaimana usaha orang tua untuk membesarkan dan memberikan yang terbaik untuk dirinya.
Anak muda lebih baik bersaing prestasi daripada gengsi. Selagi masih muda, lebih baik manfaatkan waktu yang ada dengan mengembangkan bakat atau minat. Kembangkan kreativitas. Jangan menomorsatukan gengsi, tapi tak ada prestasi. Kembangkan prestasi ketimbang melakukan tindakan yang kurang bermanfaat. Manfaatkan kebebasan gerak di masa remaja untuk hal positif, ciptakan sejarah apik, dengan kelebihan yang telah dianugerahkan..
Masih banyak anak dengan kekurangan yang ada bisa berprestasi dengan luar biasa. Seperti I Gede Ade Putra Wirawan, seorang tunarungu dan tunawicara, meraih penghargaan di tingkat internasional, “Top Five Mister Deaf International” dan “Mister Deaf Asia” di Turki pada 2012. Selanjutnya Noni Kartika, anak dengan down syndrome. Keterbelakangan pertumbuhan fisik dan mentalnya tidak menghalangi untuk melakukan berbagai kegiatan. Sederet prestasi yang diraih yaitu memenangkan beberapa perlombaan, pandai berpuisi serta bernyanyi, juara 2 renang se-DKI Jakarta, menguasai beberapa tarian seperti Tari Bali, Jaipong, Pendet, Janger, dan balet. Nonipun pernah mewakili Indonesia di beberapa kegiatan internasional. Dia sempat melakukan wawancara dengan Bill Clinton saat mewakili Indonesia pada kegiatan Special Olympic di Nagano Jepang pada 2005.
Masyarakat pada umunya menganggap orang yang memiliki keterbatasan kerap direndahkan. Tanpa diketahui bahwa mereka yang dipandang buruk dari sisi luar pun bisa berprestasi melebihi orang dengan kondisi fisik yang sempurna. Jadilah anak berprestasi yang akan mendatangkan banyak manfaat, seperti membanggakan orang tua, mengembangkan potensi atau keahlian, meningkatkan rasa percaya diri, dan yang pasti aktualisasi diri. Tunjukkan siapa diri kita dengan prestasi, bukan dengan adu gengsi yang hanya menghabiskan uang dan energi dengan sia-sia.




NurAningsih

Bagikan

Jangan lewatkan

Ciptakan Generasi Muda Tanpa Patologist
4/ 5
Oleh

Subscribe via email

Suka dengan artikel di atas? Tambahkan email Anda untuk berlangganan.