Kerap kali permasalahan remaja menjadi perbincangan
hangat pada masyarakat umumnya, seperti yang terjadi pada 25 November 2015
bertepatan dengan hari guru nasional, terdapat pelajar yang mengadakan pesta
miras dan sering meresahkan warga tepatnya di kuburan jalan Gebang Patrang.
Mereka yang ditangkap Satpol PP
Jember
adalah sembilan pelajar SMKN 5 Jember, dan masih berseragam, dua diantaranya
perempuan. Hal ini tidak hanya terjadi di Jember. Lantas siapakah yang patut
disalahkan? Orang tua, guru,
atau lingkungan kah yang berpengaruh paling besar?
Hal yang
menyebabkan timbulnya perilaku patologist (penyakit
masyarakat yang meresahkan masyarakat) pada remaja dapat ditinjau dari faktor internal maupun eksternal. Faktor eksternal
seperti keluarga, dan lingkungan berpengaruh penting pada kondisi remaja ke
depan nantinya. Fenomena mabuk-mabukan yang dilakukan oleh remaja bisa
disebabkan oleh kurangnya didikan orang tua sejak dini, dan kurangnya pemberian
kasih sayang kepada anak. Sementara kondisi remaja yang menganggap faktor
lingkungan itu lebih dominan bagi dirinya akan berpengaruh besar bila kurangnya
faktor keluarga disini.
Perubahan yang
dapat dilakukan oleh lingkungan eksternal yang sangat berperan penting
diantaranya keluarga dan lingkungan sepermainan. Keluarga dapat mendorong
terhindarnya anak dari kenakalan remaja dengan memberi didikan sejak dini, salah
satunya membuat anak terbuka kepada orang tua agar bercerita tentang apa yang
dilakukannya selama di luar rumah dan tetap memberikan pengawasan kepada anak. Untuk
lingkungan sepermainan, agar tidak menyebabkan timbulnya kenakalan remaja, maka
lingkungan sepermainan tersebut dapat diperbaiki. Pihak-pihak yang dapat
berperan seperti
lembaga pendidikan, dinas sosial, dan kepolisian. Ketiga pihak tersebut dapat
bekerja sama seperti mengadakan sosialisasi ke sekolah-sekolah.
Dari sisi remaja sendiri dengan kondisi yang masih
labil, memang lingkungan yang paling besar pengaruhnya. Remaja mudah sekali
mengikuti apa yang dilakukan temannya terlebih jika menyangkut masalah gengsi dan keinginan untuk memperoleh perhatian.
Sifat remaja yang masih labil yang memicu timbulnya gengsi, sementara remaja
bertanggung jawab atas lingkungan atau kawan yang mereka pilih.
Gengsi telah meracuni remaja, hingga karena demi
gengsi mereka tetap melakukannya walalupun itu akan merusak diri mereka. Membuat
mereka lupa bagaimana usaha orang tua untuk membesarkan dan memberikan yang
terbaik untuk dirinya.
Anak muda lebih baik bersaing prestasi daripada
gengsi. Selagi masih muda, lebih
baik manfaatkan
waktu yang ada dengan mengembangkan bakat atau minat. Kembangkan kreativitas. Jangan
menomorsatukan gengsi, tapi tak ada prestasi. Kembangkan prestasi ketimbang
melakukan tindakan yang kurang bermanfaat. Manfaatkan kebebasan gerak di masa
remaja untuk hal positif, ciptakan sejarah apik, dengan kelebihan yang telah
dianugerahkan..
Masih banyak anak dengan kekurangan yang ada bisa
berprestasi dengan luar biasa. Seperti I Gede Ade Putra Wirawan, seorang tunarungu
dan tunawicara, meraih penghargaan di tingkat internasional, “Top Five Mister
Deaf International” dan “Mister Deaf Asia” di Turki pada 2012. Selanjutnya Noni
Kartika, anak dengan down syndrome. Keterbelakangan
pertumbuhan fisik dan mentalnya tidak menghalangi untuk melakukan berbagai kegiatan.
Sederet prestasi yang diraih yaitu memenangkan beberapa perlombaan, pandai
berpuisi serta bernyanyi, juara 2 renang se-DKI Jakarta, menguasai beberapa
tarian seperti Tari Bali, Jaipong, Pendet, Janger, dan balet. Nonipun pernah
mewakili Indonesia di beberapa kegiatan internasional. Dia sempat melakukan
wawancara dengan Bill Clinton saat mewakili Indonesia pada kegiatan Special Olympic di Nagano Jepang pada
2005.
Masyarakat pada umunya menganggap orang yang memiliki
keterbatasan kerap direndahkan. Tanpa diketahui bahwa mereka yang dipandang
buruk dari sisi luar pun bisa berprestasi melebihi orang dengan kondisi fisik
yang sempurna. Jadilah anak berprestasi yang akan mendatangkan banyak manfaat,
seperti membanggakan orang tua, mengembangkan potensi atau keahlian, meningkatkan
rasa percaya diri, dan yang pasti aktualisasi diri. Tunjukkan siapa diri kita
dengan prestasi, bukan dengan adu gengsi yang hanya menghabiskan uang dan
energi dengan sia-sia.
NurAningsih
Bagikan
Ciptakan Generasi Muda Tanpa Patologist
4/
5
Oleh
Unknown