Oleh: Savira Nurwahyuni
Jika freeport dan kelapa sawit
bisa meraup keuntungan milyaran rupiah, kenapa Indonesia masih miskin?
Orang bilang tanah kita tanah
surga, tongkat kayu dan batu jadi tanaman..
Jika kalian mendengar lirik lagu
tersebut, kekayaan dan kemakmuran di Indonesialah yang pasti akan terbayangkan.
Tongkat kayu dan batu saja bisa jadi tanaman! Wow Indonesia amazing! Tapi, jangan terlalu bangga
dengan kekayaan Indonesia! Apakah semua rakyat Indonesia sudah merasakan
kekayaan bumi Indonesia? Jika iya, mengapa masih banyak anak – anak busung
lapar? Mengapa masih banyak anak putus sekolah? Mengapa kesejahteraan belum
merata di Indonesia?
Salah satu kekayaan alam yang
dimiliki Indonesia adalah pertambangan emas di daerah Papua. Dengan cadangan 25
milyar pon tembaga, 40 juta ons emas dan 70 juta ons perak, freeport menjadi
tambang emas terbesar didunia menururt Mining Internasional (sebuah majalah
perdagangan). PT Freeport Indonesia
adalah sebuah perusahaan pertambangan yang mayoritas sahamnya dimiliki Freeport
McMoran Coppper & Gold Inc. Perusahaan ini merupakan perusahaan penghasil
emas terbesar didunia melalui pertambangan Gasberg. Freeport berdiri diatas 4,1
juta hektar di tanah papua yang menjadi hak eksklusif Freeport. Sejak
kehadirannya di tahun 1967, PT Freeport telah membuka dua tempat di Papua,
masing – masing tambang Ertsberg (1967-1988) dan tambang Grasberg (sejak 1988),
di kawasan Tembagapura, Kabupaten Timika, Papua. PT Freeport bisa meraup pedapatan sebesar US$
6,55 milyar pada tahun 2007. Dengan pendapatan yang sangat besar ini, tentunya
masyarakat Papua dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun pada kenyataannya
Papua merupakan daerah dengan kesejahteraan penduduknya yang rendah. Banyak
masyarakat Papua yang kelaparan, buta huruf, bahkan meninggal karena tidak
mampu pergi ke dokter. Tingginya pendapatan yang dapat dihasilkan daerah ini
sangat berbanding terbalik dengan kehidupan masyarakatnya. Lalu kemana
pendapatan US $ 6,55 milyar dari freeport? 80% pendapatan freeport menjadi
milik USA, dan 20% menjadi milik Indonesia. Apakah masih berpikir Indonesia
kaya?
Sejenak lupakan mengenai
freeport, mari kita pindah ke Pulau kedua terbesar di Indonesia. Yup, Kalimantan! Jika berbicara tentang
Kalimantan, yang terlintas adalah perkebunan sawit yang bisa menghasilkan omset
US$ 19,5 milyar atau sekitar 200 triliun rupiah. Tanah kalimantan terkenal
dengan hutan hujan tropisnya yang merupakan paru – paru dunia. Namun, akhir –
akhir ini banyak oknum – oknum nakal
yang sengaja memanfaatkan musim kemarau di Kalimantan. Misalnya di Nyaru menteng, Palangkaraya merupakan kawasan
konservasi orang utan atau arboretum yang lahannya kini habis terbakar. Bahkan,
pada Selasa (20/10/15), jarak pandang hanya 30 m. Keajaiban pun banyak terjadi,
tanah
– tanah yang kering dan hangus bekas kebakaran hutan tiba – tiba dipenuhi
dengan bibit kelapa sawit. Aaahhh mungkin ini maksud dari lirik lagu yang
menjadi pembuka tulisan ini. Memang, pendapatan dari kelapa sawit sebagian
untuk menyumbang devisa negara. Namun, apakah sebanding dengan penderitaan
masyarakat disekitarnya? Lihatlah anak – anak daerah perbatasan di Kalimantan
Utara yang harus menyebrangi sungai dan melewati hutan belantara tanpa alas
kaki untuk pergi ke sekolah. Benarkah Indonesia kaya?
Setiap permasalahan seperti
diatas pasti ada jalan keluarnya, so woles
brohh! Misalnya nih ya pemerintah bisa memperbaiki mengenai perjanjian
Indonesia – Freeport agar tidak terlalu merugikan Indonesia, menjalankan Undang
– Undang secara tegas agar tidak terjadi lagi pembakaran hutan demi kepentingan
sebuah golongan, dan pastinya mensejahterakan rakyat dengan membuat perusahaan
– perusahaan yang akan banyak menyerap tenaga kerja. Lalu, apa kita diam dan
menunggu program dari pemerintah saja? Tidak! Sebagai generasi muda mari
berkarya, ciptakan lapangan pekerjaan yang
dapat menggerakkan roda perekonomian Indonesia. Indonesia masih
berusaha, Otw merdeka yang sesungguhnya!
Bagikan
Inikah Indonesiaku?
4/
5
Oleh
Unknown